Umi Salamah Guru Indonesia 2025 Asal Ajibarang


Tahun 2025 menjadi momen krusial dalam perkembangan pendidikan di Indonesia. Setelah mengalami fase percepatan digital serta penyesuaian kurikulum baru, ditambah dengan tantangan sosial akibat pascapandemi, Indonesia mulai memasuki fase baru di mana para guru tidak hanya dituntut untuk mengajar, tetapi juga berperan sebagai penggerak perubahan.

Di antara situasi ini, sosok Umi Salamah muncul sebagai contoh konkret bagaimana seorang pendidik di Indonesia dapat memberi harapan baru dalam dunia pendidikan. Ceritanya menjadi sumber inspirasi tidak hanya untuk siswa-siswinya, tetapi juga untuk rekan-rekannya dan masyarakat yang lebih luas.

Umi Salamah adalah seorang pendidik dan juga pimpinan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang berasal dari Ajibarang, Banyumas, Jawa Tengah. Umi Salamah menerima penghargaan Guru Indonesia 2025 yang disampaikan langsung oleh Presiden Prabowo. Ia percaya bahwa pemerintah saat ini mencerminkan komitmen yang kuat untuk memperkuat sektor pendidikan, terutama pendidikan non-formal yang telah digelutinya selama bertahun-tahun.
Umi Salamah


Umi Salamah mengubah rumahnya menjadi pusat pendidikan non-formal bagi mereka yang buta huruf hingga tingkat perguruan tinggi. Ia mendirikan PKBM, PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), kelas paket (A, B, C), SLB (Sekolah Luar Biasa), dan juga memulai Pondok Pesantren ABK (Anak Berkebutuhan Khusus).

Sejak awal 2000-an, Umi Salamah telah mengabdikan diri dalam dunia pendidikan. Dua dekade lebih di ruang kelas telah menjadikannya sosok pendidik yang emosional, berkarakter kuat, serta memiliki pengetahuan yang luas. Ia meyakini bahwa peran guru tidak hanya mengajarkan materi, tetapi juga membentuk individu yang utuh dengan kecerdasan akal dan karakter yang baik.

Pada tahun 2025, saat teknologi sudah menjangkau hampir semua bidang pendidikan, Umi Salamah tetap teguh pada prinsip dasar profesinya: cinta untuk peserta didik dan dedikasi untuk mencerdaskan masyarakat. Namun, ia terbuka terhadap perubahan. Sebaliknya, ia menjadi salah satu pendidik yang paling inovatif dalam memanfaatkan teknologi untuk memperkuat proses pembelajaran.

Umi Salamah memberikan sambutan positif terhadap pesan Prabowo yang menyoroti bahwa pendidikan tidak hanya terfokus pada proses pengajaran, tetapi juga pada pembentukan karakter siswa. Ia berpendapat bahwa dunia pendidikan merupakan hal yang fundamental, namun pendidikan sejatinya lebih dari sekadar pengajaran, tetapi juga tentang mendidik. "Guru harus mampu mendidik dimulai dari diri mereka sendiri terlebih dahulu," ujar Umi.

Umi juga menegaskan betapa pentingnya menjadi teladan dalam sektor pendidikan, seperti yang disampaikan dalam pidato Prabowo, sambil mengingat kembali pengalaman mengajarnya yang telah berlangsung selama puluhan tahun. Ia berharap kebijakan pendidikan yang diusulkan oleh Prabowo dapat menghasilkan perubahan positif yang nyata bagi sistem pendidikan di Indonesia.

Umi juga ingin menyampaikan rasa syukur yang mendalam atas perhatian Prabowo terhadap pendidikan non-formal, yang selama ini menjadi bagian dari dedikasinya. Penghargaan yang diterima Umi berfungsi sebagai bentuk pengakuan sekaligus dorongan untuk terus berkontribusi.

Tahun 2025 memperkenalkan serangkaian tantangan baru: disparitas dalam akses teknologi, variabilitas meningkat dalam kemampuan akademik, serta masalah kesehatan mental di kalangan remaja. Berbagai institusi pendidikan, terutama yang terletak di luar pusat kota, masih mengalami kekurangan dalam fasilitas. Namun, Umi Salamah justru menjadikan kondisi ini sebagai pendorong untuk berinovasi.

Ketika ia menyadari beberapa muridnya mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran online akibat kurangnya perangkat, ia mengambil langkah yang kreatif: ia menyusun modul pembelajaran mandiri yang bisa diakses lewat perangkat sederhana atau bahkan dicetak. Ia juga memberikan penjelasan dalam bentuk video dengan ukuran file yang kecil sehingga mudah untuk diunduh. Di sekolah, ia membangun kerjasama dengan orang tua serta pemerintah desa untuk menciptakan ruang belajar bersama yang dilengkapi dengan akses internet.

Di samping itu, ia sangat memperhatikan kesehatan mental siswa-siswinya. Di setiap kelas, ada sesi refleksi singkat yang ia sisipkan. Ia mengajarkan cara mengelola emosi, membangun kepercayaan diri, dan menumbuhkan motivasi. Pendekatan ini memberikan hasil yang positif: para siswa merasa lebih termotivasi untuk belajar, merasa didengar, dan lebih berani mengekspresikan impian mereka.

Kepemimpinan Umi Salamah berasal dari ketulusan hati. Ia tidak menginginkan pujian, melainkan berusaha menjadikan pendidikan sebagai tempat berkembang bagi semua, baik siswa maupun pengajar.

Kontribusi terbesar dari dedikasi Umi Salamah terlihat pada para siswanya. Banyak di antara mereka berasal dari latar belakang biasa dan beberapa merasa harapan masa depan mereka terbatas. Namun, dengan pendekatan yang penuh kesabaran dan perhatian, Umi Salamah berhasil menyemangati mereka untuk percaya pada diri sendiri.

Ia mendorong siswa untuk mengenali kemampuan mereka, menjelajahi berbagai opsi di masa depan, dan memahami bahwa pendidikan membuka pintu kesempatan yang lebih lebar. Beberapa siswanya berhasil masuk ke universitas terkemuka, ada yang meraih penghargaan di tingkat nasional di bidang literasi, dan ada juga yang menjadi pembuat konten edukatif yang bermanfaat bagi masyarakat.

Figur seperti Umi Salamah mencerminkan ideal sosok Guru Indonesia 2025 yang diinginkan negara: memiliki karakter yang kuat, terampil dalam teknologi, mampu beradaptasi, inovatif, dan tetap memiliki sisi kemanusiaan. Seorang guru yang dapat menghubungkan masa lalu dan masa depan dengan memanfaatkan kemajuan zaman tanpa meninggalkan nilai-nilai pendidikan yang luhur.

Perjalanan Umi Salamah juga menegaskan bahwa perubahan pendidikan bukan hanya mengenai kebijakan besar atau fasilitas yang megah, tetapi tentang ketulusan dan komitmen para pendidik di lapangan. Mereka adalah dasar, jantung, dan pendorong utama dari setiap perubahan yang terjadi.

Dalam dunia yang berubah semakin cepat, hadirnya figur seperti Umi Salamah menjadi sumber optimisme bahwa pendidikan Indonesia berada di tangan yang tepat. Ia membuktikan bahwa tekad yang kuat, inovasi sederhana, dan kasih sayang yang tulus dapat menghadirkan dampak besar bagi generasi muda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar